Rabu, 10 April 2013

Teori Pertumbuhan dan Perkembangan Kota

Teori Petumbuhan dan Perkembangan kota

Hubungan besarnya kota dan pertumbuhan kota
Industri kota membuat kota semakin berkembang dan penting. Dengan adanya Industri sehingga diperlukan tenaga kerja dan dengan adanya tenaga kerja, maka dapat menghasilkan pasar domestik, regional, nasional, internasional.

Teori Petumbuhan Kota
1.)    Central Place
Teori Tempat Pusat oleh Christaller (1933),  menjelaskan bagaimana susunan dari besaran kota, jumlah kota, dan distribusinya di dalam satu wilayah. Model Christaller menggambarkan area pusat-pusat kegiatan jasa pelayanan cenderung tersebar di dalam wilayah membentuk pola segi enam, yang secara teori bisa memberikan keuntungan optimal pada kegiatan tersebut. Tempat – tempat  pusat tersebut yakni sebagai suatu tempat yang menyediakan barang dan jasa-jasa bagi penduduk daerah  belakangnya.
Teori ini dapat berlaku apabila memiliki karakteristik sebagai berikut
1.  Wilayahnya datar dan tidak berbukit
2. Tingkat ekonomi dan daya beli penduduk relative sama
3. Penduduk memiliki kesempatan yang sama untuk bergerak ke berbagai arah

2.)Teori Basis Ekonomi (Economic Base)

Teori economic base menyatakan bahwa faktor penentu utama pertumbuhan ekonomi suatu kota berhubungan langsung dengan permintaan barang dan jasa dari luar kota itu sendiri.

Ferroux dalam Mudrajad Kuncoro (2002), menyatakan bahwa pusat pertumbuhan ekonomi itu merupakan suatu tempat dalam suatu ruang atau suatu wilayah, dari mana kekuatan-kekuatan sentrifugal memancar dan kemana kekuatan-kekuatan sentripental ditarik. Konsep pusat pertumbuhan ekonomi ini sebagai suatu gugusan industri-industri, baik yang saling terkait maupun yang berdiri sendiri-sendiri, yang kemudian berkembang menjadi kota dan berlokasi pada suatu tempat tertentu dalam suatu wilayah.

Myrdai dalam Tulus T.H. Tambunan (2001a), berpendapat bahwa pada pusat-pusat pertumbuhan ekonomi akan berkembang industri-industri yang akan memancarkan berbagai bentuk keuntungan {spread effect) ke wilayah sekitarnya berupa permintaan hasil-hasil produksi dari wilayah sekitarnya sehingga perekonomian wilayah sekitar pusat pertumbuhan ekonomi akan ikut berkembang

3.)Teori Basis Ekspor (Export Base Theory)

Teori basis ekspor adalah bentuk model pendapatan yang paling sederhana. Teori ini menyederhanakan suatu sistem regional menjadi dua bagian yaitu daerah yang bersangkutan dan daerah-daerah lainnya. Masyarakat di dalam satu wilayah dinyatakan sebagai suatu sistem sosial ekonomi. Sebagai suatu sistem, keseluruhan masyarakat melakukan perdagangan dengan masyarakat lain di luar batas wilayahnya.

Bertambah banyaknya kegiatan basis dalam suatu wilayah akan menambah arus pendapatan ke dalam wilayah yang bersangkutan yang selanjutnya menambah permintaan terhadap barang atau jasa di dalam wilayah tersebut sehingga pada akhirnya akan menimbulkan kenaikan volume kegiatan non basis. Sebaliknya, berkurangnya aktivitas basis akan mengakibatkan berkurangnya pendapatan yang mengalir ke dalam suatu wilayah sehingga akan menyebabkan turunnya permintaan produk dari aktivitas non basis (Richardson 1977).


Teori Perkembangan Kota
1.)   Teori Konsentris  
Menurut Teori Konsentris (Burgess,1925) DPK atau CBD adalah pusat kota yang letaknya tepat di tengah kota dan berbentuk bundar yang merupakan pusat kehidupan sosial, ekonomi, budaya dan politik, serta merupakan zona dengan derajat aksesibilitas tinggi dalam suatu kota. DPK atau CBD tersebut terbagi atas dua bagian, yaitu: pertama, bagian paling inti atau RBD (Retail Business District) dengan kegiatan dominan pertokoan, perkantoran dan jasa; kedua, bagian di luarnya atau WBD (Wholesale Business District) yang ditempati oleh bangunan dengan peruntukan kegiatan ekonomi skala besar, seperti pasar, pergudangan (warehouse), dan gedung penyimpanan barang supaya tahan lama (storage buildings).

Keterangan :
  • Zona 1: Zoona pusat wilayah kegiatan.
  • Zona 2: Zona dimana terdapat grossier dan manufactur.
  • Zona 3: Zona wilayah permukiman kelas rendah.
  • Zona 4: Zona permukiman kelas menengah.
  • Zona 5: Zona permukiman kelas tinggi.

1.)   Teori Sektoral (Sector Theory) dari Homer Hoyt
Bahwa kota tersusun sebagai berikut :
  • Pada lingkaran dalam terletak pusat kota (CBD) yang terdiri dari atas bangunan kantor, hotel, bank, dan pusat perbelanjaan
  • Pada sektor tertentu terdapat kawasan industri ringan dan perdagangan
    Dekat pusat kota dan dekat sektor pada nomor 2, terdapat sektor murbawisma, yaitu tempat tinggal kaum buruh
  • Agak jauh dari pusat kota dan sektor industri serta perdagangan, terletak sektor madyawisma, yaitu permukiman golongan menengah 
 
Keterangan :
  • Zona pusat wilayah kegiatan
  • Zona peralihan
  • Zona permukiman kelas proletar.
  • Zona permukiman kelas menengah.
  • Zona penglaju.

1.)   Teori Inti Berganda (Multiple Nuclei)

Strutur ruang kota meliputi:                                         
·         Pusat kota (CBD)
·         Kawasan niaga dan industri ringan
·         Kawasan murbawisma, tempat tinggal berkualitas rendah
·         Kawasan madyawisma, tempat tinggal berkualitas menengah
·         Kawasan adiwisma, tempat tinggal berkualitas tinggi
·         Pusat niaga berat
·         Pusat niaga/perbelanjaan lain di pinggiran
·         Upakota (suburban), untuk kawasan madyawisma dan adiwisma
·         Upakota (suburban), untuk kawasan industry

Keterangan:
  • Zona 1: Zona pusat wilayah kegiatan.
  • Zona 2: Zona wilayah terdapat para grossier dan manufactur.
  • Zona 3: Zona wilayah permukiman kelas rendah.
  • Zona 4: Zona permukiman kelas menengah.
  • Zona 5: Zona permukiman kelas tinggi.
  • Zona 6: Zona manufactur berat
  • Zona 7: Zona wilayah di luar pusat wilayah Kegiatan (PWK)
  • Zona 8: Zona wilayah permukiman sub urban
  • Zona 9: Zona wilayah industri sub urban

Tidak ada komentar:

Posting Komentar